"Bodoh" vs "Pintar"

Kebodohan yang yakin mengalahkan kepintaran yang ragu-ragu. Apa ya kira-kira maksudnya?
Hmm.. Jadi begini neh ceritanya. Sobat Bistik udah pernah dengar omongan orang belum, yang bilang “Kok uda sekolah tinggi-tinggi, tapi belum sukses sih ampe sekarang, malah yang ga sekolah yang lebih gede penghasilannya?”. Kalau pernah dengar, mari kita bahas di artikel ini. Dan buat yang belum pernah dengar, setidaknya sudah membaca yang di atas ya.

Sebenarnya ini sudah pernah disinggung sedikit sama Om Mario Teguh dan kebetulan Bistiksapi pernah mendengar sedikit dan akan coba mensharingkannya di sini. Buat yang merasa “pintar” silahkan membaca, buat yang merasa “bodoh” juga harus membaca, apalagi buat yang ga tau dirinya pintar apa bodoh. Bistiksapi akan membahasnya dalam poin-poin kecil (biar lebih gampang dibaca) yang mungkin bisa menyalakan lampu di samping kepala Sobat Bistik secara tiba-tiba, kaya di film-film gitu lah.

Ayo kita bahas:

1. Terlalu Banyak Ide
Orang "pintar" biasanya banyak ide, bahkan mungkin terlalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. (Saking banyaknya ide,jadi bingung gitu mau mulai pake ide yang mana) Sedangkan orang "bodoh" mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya yang dikerjakan, sehingga menjadi kenyataan.

2. Miskin Keberanian untuk Memulai
Orang "bodoh" biasanya lebih berani dibanding orang "pintar", kenapa ? Karena orang "bodoh" sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia Nothing to Lose. Sebaliknya, orang "pintar"telalu banyak pertimbangan. Nah,kalo yang ini Bistik setuju dah.

3. Terlalu Pandai Menganalisa
Sebagian besar orang "pintar" sangat pandai menganalisa. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, break event point, sampai untung ruginya. Sedangkan orang "bodoh" tidak pandai menganalisa, sehingga hanya menganalisa secukupnya dan lebih cepat memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses
Orang "pintar" merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkan hasil dengan cepat, dan survei membuktikan, apa yang cepat diperoleh, besar kemungkinan cepat hilang juga. Sebaliknya, orang "bodoh" merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil, sehingga hasil yang diperoleh lebih matang dan tahan lama.

5. Tidak Berani Bermimpi Besar
Orang "pintar" berlogika, sehingga hanya memimpikan sesuatu yang secara logika bisa dicapai dan biasanya hanya hal-hal kecil yang masuk logika. Sedangkan orang "bodoh" tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain, sehingga peluang untuk hasil yang lebih besar pun terbuka lebar.

6. Berpikir Negatif Sebelum Memulai
Orang "pintar" yang hebat dalam analisa, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak, saking banyaknya, semua hal yang baik ada aja kontranya. Sedangkan orang "bodoh" tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis dan berhasil.

7. Maunya Dikerjakan Sendiri
Orang "pintar" berpikir bahwa mereka pasti bisa mengerjakan semuanya, alhasil tidak maksimal, sedangkan orang "bodoh" menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain. Bahkan pendelegasian tugas ini pun dirasakan oleh Barrack Obama, Presiden USA merupakan salah satu kunci kesuksesannya, alias percaya dengan orang lain.

8. Tidak Tuntas
Orang "pintar" dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang "bodoh" mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja, sehingga mereka bener-bener fokus sampai bisnisnya sukses besar.

9. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas
Banyak orang "bodoh" yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, dan menjadikannya sukses dalam berbisnis. Di lain sisi kebanyakan orang "pintar" malas untuk berkerja keras dan sok cerdas.

10. Mudah Menyerah
Orang "pintar" merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, apalagi ketika menghadapi hambatan. Sedangkan orang "bodoh" seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan kegagalan dan hambatan tersebut.

Jadi kalo mao sukses mendingan jadi orang “pintar” apa jadi orang “bodoh” ya?
Poin-poin sudah dijabarkan di atas. Sekarang tinggal Sobat Bistik yang nentuin sendiri, mau yang mana. Tapi buat Bistiksapi, kebodohan yang yakin akan mengalahkan kepintaran yang ragu-ragu.

Pembunuh Profesionalisme

Tahu ga Sobat Bistik kalau Aura Kasih berantem sama pacarnya. Lho, tunggu dulu.. Apa hubungannya sama bisnis atau politik? Jadi begini Sobat Bistik, penyanyi yang sedang naik daun ini, pernah membatalkan sebuah konser di Makassar hanya karena urusan sepele, ya seperti yang Sobat Bistik duga, yaitu karna berantem dengan pacar (please deh kaya anak SMA aja). Hasilnya? Tuntutan senilai 2,3 milyar dilayangkan kepadanya dan belum lagi ancaman jeratan hukum kalau dia tidak mau bayar. Mungkin Aura Kasih adalah satu dari sekian banyak contoh dari seseorang yang mencampurkan perasaan pribadi dengan profesionalisme kerja.

Ya Sobat Bistik, sebuah pepatah lama namun masih bertuah berbunyi “kalau ingin sukses, jangan pern
ah libatkan pekerjaan dengan perasaan pribadi”. Namun bagaimana mungkin kita bisa melaksanakannya? Soalnya kita kan manusia yang punya perasaan, baik itu cewek maupun cowok, walaupun rumornya sih perasaan cewek lebih tajam dan sensitif. Akan tetapi kalau tidak dipisah, hasil pekerjaan kita juga bisa naik turun seperti perasaan kita. Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan profesionalisme kerja yang menuntut kita stabil bahkan kalau bisa meningkat terus.

Baiklah. Kalau memang sulit untuk membunuh perasaan kita, bukankah akan lebih mudah untuk meminimalkan keterlibatan perasaan kita dalam pekerjaan. Tapi, bagaimana kita bisa mengontrol perasaan kita seperti itu? Salah satu caranya adalah dengan mulai berlatih mengontrol perasaan kita (EQ) dan menjadikannya kebiasaan rutin. Caranya? Bisa saja dimulai dengan hal-hal yang kecil, seperti menahan keinginan buat beli gadget atau barang baru yang sedang “in”, menahan keinginan main game saat sedang ujian, menahan keinginan untuk mencuri waktu buka Facebook saat jam sibuk kantor, atau fokus pada pekerjaan saat sedang berantem dengan pacar atau istri. Dengan kebiasaan rutin ini, bukan tidak mungkin untuk kita bisa meniru para pebisnis besar yang mampu bernegosiasi dengan tenang sementara ada masalah pelik dalam rumah tangganya seolah-olah mereka bisa membunuh perasaan mereka walaupun hanya sesaat. Jadi Sobat Bistik, kesuksesan akan semakin dekat ketika kita bisa meminimalkan keterlibatan perasaan kita dengan pekerjaan.

Kreasikan Sendiri Frozen Yogurt-mu

Frozen Yogurt? Ah, uda sering denger lah ya.. Sudah terlalu banyak juga kedai frozen yogurt dimana-mana. Kalau mau sih, frozen yogurt yang buanyak pilihan rasanya. Nah, kalo ngomong tentang banyaknya pilihan rasa, mungkin Yogulicious lah yang Sobat Bistik cari, terutama Sobat Bistik yang suka hang-out bareng di Mall EX, Jakarta. Tidak ada salahnya bukan untuk mampir ke Yogulicious dan mencoba frozen yogurtnya. Dari luar, suasana yang hommy, simple, and clean sangat terasa dengan perpaduan interior yang didominasi warna putih-biru dan sofa duduk yang empuk dan unik.

“Di butik ini kami, menjual konsep choices kepada konsumen, karena itu moto kami adalah Frozen Yogurt the Way You Want it!!” demikian tutur Alvinus, pendiri sekaligus pemilik Yogulicious. Pantas saja, begitu masuk ke dalam, kamu akan langsung ditawarkan pilihan mau dilayani atau self-service. Kemudian, kamu akan ditawarkan pilihan variasi rasa yang sangat banyak dibandingkan butik yang lainnya.

Ada enam rasa (saat ini masih empat) yang bisa dipilih, yakni original twist, refreshing strawberry, delightful mango, blissful lychee, luscious grape, and tangy kiwi. Dari enam rasa ini, Bistik Sapi merekomendasikan rasa delightful mango dan refreshing strawberry. Karena menggunakan jus buah asli dan bahan yogurt yang langsung diimpor dari Amerika, begitu masuk ke mulut, rasa buah mangga yang legit dan strawberry yang segar langsung menendang lidah, ditambah lagi asam yogurt yang pas bakal membuat kamu ketagihan melahap lagi, lagi, dan lagi. Kalau masih merasa kurang, ada juga pilihan 40 jenis topping yang bisa dipilih dan diambil sesuka hati untuk semakin memanjakan lidah. Uniknya, penentuan harganya, dilakukan dengan cara ditimbang. Cukup dengan Rp.1650 per 10 gram kamu bisa mencicipi frozen-yogurt yang enak nan sehat ini dan untuk hari kerja (Senin-Jumat), ada tambahan diskon 10%. Bahkan dengan tambahan Rp.5000, kamu bisa menambahkan health-boost, sebuah topping spesial yang diklaim mampu merubah perasaan kamu sehingga kamu merasa lebih baik dalam menghadapi hari-hari yang berat.

Sekedar info kesehatan aja ne, frozen yogurt Yogulicious mengandung empat bakteri probiotik yang sangat baik untuk pencernaan dan 100% fat-free, jadi kita tidak usah kuatir gemuk. Tapi untuk penderita diabetes, harap tetap dikontrol makannya karena fat-free bukan berarti sugar free.
Jam operasional butik ini adalah jam 10 pagi - 11 malam untuk weekday, sedangkan untuk weekend, Yogulicious siap melayani Sobat Bistik sampai jam 1 pagi. Lidah puas, perut sehat, bebas gemuk, suasana nyaman, dan tidak bikin kantong jebol, inilah yang membuat Bistik Sapi merekomendasikan Yogulicious pada Sobat Bistik.

ACFTA? Pasar Bebas? Siapa Takut

Serbuan barang china? Pengusaha Indo kelabakan? SDM kita kalah kompetensi? Usaha pada tutup dan bangkrut? Wah wah.. Inilah sedikit dari sekian banyak kekhawatiran masyarakat Indonesia saat menghadapi pasar bebas yang telah ditentukan dalam kesepakatan ACFTA. Dan mungkin saja Sobat Bistik adalah salah satunya. Memang wajar sih berpikir demikian karena dengan adanya pasar bebas ini, pemerintah akan memberi kemudahan masuknya barang impor ke pasar dalam negri, yang tentunya mengkhawatirkan bagi sektor industri dalam negri. Belum lagi kalau yang masuk adalah produk unggulan negara pesaing, otomatis produk dalam negri akan kalah kemudian lenyap seketika. Bukan hanya itu saja, kondisi politik bangsa Indonesia yang sampai saat ini pun belum stabil, akan “membantu” melemahkan industri dalam negri. Lebih parahnya lagi adalah produk China yang terkenal murah itu akan sangat mudah untuk memasuki serta menguasai pasar dalam negri.

Nah, sebelum melanjutkan pembahasan, Bistik Sapi mau menjelaskan secara singkat terlebih dahulu tentang apakah gerangan ACFTA itu. Jadi begini lho, ACFTA itu singkatan dari ASEAN-China Free Trade Area. Dengan kata lain, ACFTA adalah kesepakatan antara China dengan negara-negara ASEAN Association of South East Asian Nation - termasuk Indonesia) untuk memasuki area pasar bebas. Trus apa itu pasar bebas? Ya, pasar dimana perdagangan antar negara akan jadi sama saja dengan perdagangan dalam negri, tidak ada lagi biaya dari pemerintah (pajak, bea cukai, bea masuk, dll) yang menghambat kegiatan ekonomi antar negara. Singkatnya, jual pisang goreng di Jakarta sama saja dengan di Beijing.

Ok, kembali ke pembahasan. Tadi kita sudah melihat banyaknya dugaan-dugaan dalam menghadapi pasar bebas yang telah ditentukan dalam kesepakatan ACFTA. Mungkin sekarang kita sudahi dulu berpikir negatifnya. Mari kita telusuri kenapa kita tidak perlu takut menghadapi pasar bebas. Jadi begini, dengan adanya pasar bebas, kesempatan untuk mempromosikan dan mempenetrasikan produk dalam negri akan semakin luas. Yang juga akan memicu produk dalam negri agar semakin berkualitas. Kemudian, efisiensi produksi dalam negri pun akan semakin meningkat karena tidak ada lagi yang namanya monopoli, melainkan persaingan yang buanyak. Bahkan, dengan adanya pasar bebas, SDM kita pun akan semakin terpacu untuk bersaing, sehingga SDM yang berkualitas dan berintegritas akan muncul karena semakin dibutuhkan kalau memang ingin bertahan. Memang sih, semuanya ini terlihat seperti keadaan yang memaksa. Tapi itulah sifat dasar kebanyakan manusia Indonesia, cenderung akan berdiam dalam “kenyamanan” selama belum ada yang memaksa. Dan seandainya tidak “dipaksa” seperti ini, apakah masyarakat Indonesia akan lebih maju? Apakah dengan terjaminnya produk dalam negri dari serangan produk impor akan meningkatkan kualitas produk dalam negri secara signifikan? Apakah akan ada semakin banyak masyarakat Indonesia yang penuh inisiatif, berkualitas, dan kreatif?

Lagi pula, kesepakatan pasar bebas ini toh sudah terlanjur mulai dijalankan. Buat apa terus berfokus sama dugaan-dugaan negatif yang ada. Bukankah lebih baik mikirin peluang-peluang apa saja yang akan muncul ketika pasar bebas. Ayo Sobat Bistik, mari berpikir dan bertindak.

Libur Terus Dapet Penghasilan Terus

Libur setahun penuh tapi tetap dapet penghasilan? Wow, siapa coba ya yang nga mau? But, "it's too good to be true". Eitss, tunggu dulu, ternyata memang ada lho resepnya Sobat Bistik. Apa ya kira-kira? Nah, resepnya adalah dengan bekerja di bidang yang Sobat Bistik kuasai dan gemari, tentunya yang sesuai dengan talenta dan hobi Sobat Bistik. Contoh kasarnya adalah kalau Sobat Bistik suka menulis, ya bekerjalah di bidang jurnalistik seperti reporter, penulis berita, ataupun blogger. Kalau Sobat Bistik suka travelling, jadilah seorang tour guide. Bahkan kalau Sobat Bistik hobi makan, ya jadilah pencicip makanan seperti mas Bondan Winarno, dan juga kalau Sobat Bistik suka dengan senjata-senjata, jadilah seorang perampok atau penodong.. eh salah :P, maksudnya seorang tentara atau polisi yang siap membela negara atau mungkin seorang atlet tembak yang mengharumkan nama bangsa dan masih banyak lagi contoh yang lain.

Tentu di lubuk hati yang terdalam Sobat Bistik juga menyadari bahwa melakukan pekerjaan yang kita sukai akan terasa ringan, menyenangkan dan tentu saja menghasilkan kualitas yang baik pula karena kita mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Karena hal tersebut memang menyenangkan, wajar dong kalau Bistiksapi mengatakannya sebagai liburan yang tetap menghasilkan uang?

Kendati demikian, tetap banyak juga orang yang pada akhirnya terpaksa memilih bidang pekerjaan di luar kegemaran mereka karena terbentur berbagai macam hal seperti masalah ekonomi, larangan orang tua, dan lain-lain yang ujung-ujungnya membuat mereka tidak menikmati pekerjaan mereka dan akibatnya terjadilah fenomena yang populer saat ini, yaitu hari libur dibuat kerja, hari kerja dibuat seperti liburan. Tidak percaya? Coba aja lihat orang Indonesia yang berlibur, banyak dari mereka yang masih sering terima telepon dari atasan atau mitra bisnis sehubungan dengan pekerjaan mereka, sehingga liburan pun tidak sepenuhnya lagi liburan. Dan menjelang hari-hari kerja di kantor, mereka malah mencuri-curi waktu untuk ngobrol dengan teman, buka Facebook, Twitter, dll, sehingga kerjaan mereka tertinggal dan terbengkalai. Sayang bukan?

Nah, untuk orang-orang yang sudah terlanjur demikian dan tidak punya pilihan lagi, saran Bistiksapi adalah supaya kita belajar mencintai pekerjaan yang kita lakukan meskipun terkadang sulit. Bistiksapi percaya cinta akan pekerjaan kita bisa dipupuk secara perlahan-lahan sehingga kinerja kita pun akan terus menerus membaik. Tapi kembali lagi ke topik pembicaraan, bagaimana pun juga, cinta pertama tentu susah bukan untuk dilupakan. Jadi, kembangkanlah talenta serta hobi Sobat Bistik dan kalau memungkinkan jadikanlah pekerjaan tetap. Selamat “liburan”!

Obrolan Bistik


ShoutMix chat widget

Pengunjung Bistik

 

Recent Comments

Comment Bistik

Copyright © 2009 Bistik Sapi | Fresh Themes Gallery. All Rights Reserved. Powered by Blogger.